Senin, 19 September 2016

GERAKAN MAHASISWA DALAM PERJUANGAN INDONESIA


Zaky Mubarok Izzudin
Ketua BEM UNY 2016

Bulan Agustus 2016, belum hilang dari ingatan kita tentang berita beberapa waktu silam. Reshuffle menteri kabinet kerja Indonesia yang cukup menuai pro-kontra. Pergantian ini menjadi perbincangan banyak kalangan karena beberapa menteri yang terlihat mempunyai kebijakan yang pro-rakyat mulai disingkirkan dari percaturan politik elit.  Belum cukup sampai disitu, setelah reshuffle jilid 1 selesai Indonesia lagi-lagi diguncang dengan isu bergantinya menteri yang hanya menjabat selama 20 hari. Apa yang sedang terjadi di negeri ini? Entahlah, namun yang jelas rakyat Indonesia sedang kebingungan tentang apa yang sedang terhadap negerinya.

Di tengah hari-hari yang membingungkan dan cukup membuat rakyat menangis, di sisi lain ternyata Indonesia masih mempunyai secercah senyuman untuk masa depan. Di bulan Agustus 2016 pula menjadi momentum yang berharga bagi negeri tercinta ini. Indonesia kembali melahirkan generasi penerus bangsa, generasi yang berintegritas dan berjiwa ksatria, mereka adalah mahasiswa. Mahasiswa adalah aset intelektual yang selalu dinantikan gerakannya untuk Indonesia.
Mengemban status sebagai mahasiswa merupakan tugas yang agung dan berat. Tugas ini menjadi berat dikarenakan mahasiswa mempunyai 3 tanggung jawab besar untuk negara Indonesia. Pertama, Mahasiswa sebagai Agent of Change (Agen Perubahan). Agen perubahan ini bermakna bahwa mahasiswa mempunyai peran strategis dalam memawa perubahan bangsanya dari negara yang sedang berkembang menuju negara yang maju baik dibidang Ekonomi, Sosial, IPTEK maupun Kebudayaan. Di setiap perubahan selalu diawali oleh ide/gagasan yang inovatif dan kreatif dan mayoritas mahasiswalah yang memiliki  hal tersebut. Maka dari itu peran sebagai agen perubahan bangsa merupakan hal yang mendasar bagi mahasiswa.
Kedua, Mahasiswa sebagai Iron Stock kepemimpinan masa depan Indonesia. Indonesia masih menantikan lahirnya kembali sang pemimpin negeri. Negeri ini menunggu orasi merdu sang proklamator dan semangat berkobarnya bung tomo. Lebih dari 1 dasawarsa negeri ini kehilangan sosok pemimpin yang bisa menjadi teladan. Kehilangan sosok pemimpin ini bukan karena umur para pendahulu kita yang terbatas, tetapi ada hal yang lebih mematikan dari itu. Sosok pemimpin ini tidak lahir kembali karena mahasiswa yang mengalami kemiskinan. Bukan kemiskinan harta atau materi, tapi kemiskinan akan semangat perubahan dan kepedulian kepada sesama.
Semangat perubahan dan kepedulian kepada sesama ini mulai luntur seiring perkembangan zaman. Hari ini kita semakin sulit menemukan mahasiswa berkumpul untuk mendiskusikan problematika masyarakat. Romantisme diskusi persiapan reformasi seperti tahun 1998 pun entah hilang kemana. Hari ini mahasiswa sebagai pemuda penerus bangsa digiring menjadi pribadi yang individualis. Dari kebiasaan menjadi pribadi yang individualis inilah jiwa kepemimpinan yang seharusnya muncul menjadi hilang sedikit demi sedikit. Karena pada dasarnya jiwa kepemimpinan lahir karena kepeduliannya kepada masyarakat dengan mengurangi ego dalam diri.
Hal yang paling memungkinkan untuk memunculkan kembali jiwa kepimpinan muda para mahasiswa ini adalah dengan merubah mindset para pribadinya. Mindset adalah sekumpulan kepercayaan atau cara berpikir yang mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang yang akhirnya akan menentukan level keberhasilan hidupnya. Sebagai seorang mahasiswa yang digadang-gadang sebagai iron stock kepemimpinan Indonesia, kita seharusnya mempersiapkan impian dan cita-cita Indonesia ke depan. Dengan merubah mindset mahasiswa dari yang individualis menjadi peduli terhadap masyarakat maka ke depan kita tidak akan sulit menemukan jiwa kepimpinan muda para mahasiswa.
Merubah mindset peduli kepada masyarakat ini dapat kita mulai dari diri sendiri. Salah satu contoh yang paling sederhana adalah kita tidak mencela usaha sesama golongan dalam memperbaiki negeri ini. Karena keberhasilan perjuangan zaman kemerdekaan dahulu dapat diraih karena kita saling bekerja sama dengan tidak mencela usaha masing-masing golongan.
Ketiga, Mahasiswa sebagai Social Controll / Kontrol Sosial kebijakan pemerintah negara Indonesia. 71 tahun Indonesia merdeka, namun masih saja belenggu-belenggu kapitalis dan praktek-praktek feodal masih sering kita temui. Mahasiswa adalah entitas yang diharapkan oleh rakyat Indonesia untuk mengontrol kebijakan yang tidak pro-rakyat. Masih kita ingat beberapa waktu yang lalu, konflik agraria semen di Rembang yang membuat beberapa warganya rela berdiri didepan istana dengan kaki yang disemen hanya untuk menyuarakan haknya. Lalu pertanyaannya Dimanakah Mahasiswa? Mahasiswa harusnya sadar karena hanya dengan status mahasiswa-lah suara kita akan bisa didengar oleh pemerintah.   

Maka bergeraklah. Bergeraklah, hai mahasiswa, untuk kebaikan bangsa ini. Pergerakanmu, hai mahasiswa, dinanti bangsa ini sebagai kepedulian terhadap negeri. 

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© Blog Komisariat KAMMI UNY
Maira Gall