Zaky Mubarok Izzudin Ketua BEM UNY 2016 |
Bulan Agustus 2016, belum hilang dari
ingatan kita tentang berita beberapa waktu silam. Reshuffle menteri kabinet kerja Indonesia yang cukup menuai
pro-kontra. Pergantian ini menjadi perbincangan banyak kalangan karena beberapa
menteri yang terlihat mempunyai kebijakan yang pro-rakyat mulai disingkirkan
dari percaturan politik elit. Belum
cukup sampai disitu, setelah reshuffle
jilid 1 selesai Indonesia lagi-lagi diguncang dengan isu bergantinya menteri
yang hanya menjabat selama 20 hari. Apa yang sedang terjadi di negeri ini?
Entahlah, namun yang jelas rakyat Indonesia sedang kebingungan tentang apa yang
sedang terhadap negerinya.
Di tengah hari-hari yang membingungkan
dan cukup membuat rakyat menangis, di sisi lain ternyata Indonesia masih
mempunyai secercah senyuman untuk masa depan. Di bulan Agustus 2016 pula menjadi
momentum yang berharga bagi negeri tercinta ini. Indonesia kembali melahirkan
generasi penerus bangsa, generasi yang berintegritas dan berjiwa ksatria, mereka
adalah mahasiswa. Mahasiswa adalah aset intelektual yang selalu dinantikan
gerakannya untuk Indonesia.
Mengemban status sebagai mahasiswa
merupakan tugas yang agung dan berat. Tugas ini menjadi berat dikarenakan
mahasiswa mempunyai 3 tanggung jawab besar untuk negara Indonesia. Pertama,
Mahasiswa sebagai Agent of Change (Agen
Perubahan). Agen perubahan ini bermakna bahwa mahasiswa mempunyai peran
strategis dalam memawa perubahan bangsanya dari negara yang sedang berkembang
menuju negara yang maju baik dibidang Ekonomi, Sosial, IPTEK maupun Kebudayaan.
Di setiap perubahan selalu diawali oleh ide/gagasan yang inovatif dan kreatif
dan mayoritas mahasiswalah yang memiliki
hal tersebut. Maka dari itu peran sebagai agen perubahan bangsa
merupakan hal yang mendasar bagi mahasiswa.
Kedua, Mahasiswa sebagai Iron Stock kepemimpinan masa depan
Indonesia. Indonesia masih menantikan lahirnya kembali sang pemimpin negeri.
Negeri ini menunggu orasi merdu sang proklamator dan semangat berkobarnya bung
tomo. Lebih dari 1 dasawarsa negeri ini kehilangan sosok pemimpin yang bisa
menjadi teladan. Kehilangan sosok pemimpin ini bukan karena umur para pendahulu
kita yang terbatas, tetapi ada hal yang lebih mematikan dari itu. Sosok
pemimpin ini tidak lahir kembali karena mahasiswa yang mengalami kemiskinan.
Bukan kemiskinan harta atau materi, tapi kemiskinan akan semangat perubahan dan
kepedulian kepada sesama.
Semangat perubahan dan kepedulian kepada
sesama ini mulai luntur seiring perkembangan zaman. Hari ini kita semakin sulit
menemukan mahasiswa berkumpul untuk mendiskusikan problematika masyarakat.
Romantisme diskusi persiapan reformasi seperti tahun 1998 pun entah hilang
kemana. Hari ini mahasiswa sebagai pemuda penerus bangsa digiring menjadi
pribadi yang individualis. Dari kebiasaan menjadi pribadi yang individualis
inilah jiwa kepemimpinan yang seharusnya muncul menjadi hilang sedikit demi
sedikit. Karena pada dasarnya jiwa kepemimpinan lahir karena kepeduliannya
kepada masyarakat dengan mengurangi ego dalam diri.
Hal yang paling memungkinkan untuk
memunculkan kembali jiwa kepimpinan muda para mahasiswa ini adalah dengan
merubah mindset para pribadinya. Mindset adalah sekumpulan kepercayaan
atau cara berpikir yang mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang yang akhirnya
akan menentukan level keberhasilan hidupnya. Sebagai seorang mahasiswa yang
digadang-gadang sebagai iron stock
kepemimpinan Indonesia, kita seharusnya mempersiapkan impian dan cita-cita
Indonesia ke depan. Dengan merubah mindset
mahasiswa dari yang individualis menjadi peduli terhadap masyarakat maka ke
depan kita tidak akan sulit menemukan jiwa kepimpinan muda para mahasiswa.
Merubah mindset peduli kepada masyarakat ini dapat kita mulai dari diri
sendiri. Salah satu contoh yang paling sederhana adalah kita tidak mencela
usaha sesama golongan dalam memperbaiki negeri ini. Karena keberhasilan
perjuangan zaman kemerdekaan dahulu dapat diraih karena kita saling bekerja
sama dengan tidak mencela usaha masing-masing golongan.
Ketiga, Mahasiswa sebagai Social Controll / Kontrol Sosial
kebijakan pemerintah negara Indonesia. 71 tahun Indonesia merdeka, namun masih
saja belenggu-belenggu kapitalis dan praktek-praktek feodal masih sering kita
temui. Mahasiswa adalah entitas yang diharapkan oleh rakyat Indonesia untuk
mengontrol kebijakan yang tidak pro-rakyat. Masih kita ingat beberapa waktu
yang lalu, konflik agraria semen di Rembang yang membuat beberapa warganya rela
berdiri didepan istana dengan kaki yang disemen hanya untuk menyuarakan haknya.
Lalu pertanyaannya Dimanakah Mahasiswa?
Mahasiswa harusnya sadar karena hanya dengan status mahasiswa-lah suara kita
akan bisa didengar oleh pemerintah.
Maka bergeraklah. Bergeraklah, hai
mahasiswa, untuk kebaikan bangsa ini. Pergerakanmu, hai mahasiswa, dinanti
bangsa ini sebagai kepedulian terhadap negeri.
Tidak ada komentar
Posting Komentar