Rabu, 10 Mei 2017

Seandainya Aku Seorang Sultan Abdul Hamid II

Seandainya Aku Seorang Sultan Abdul Hamid II
oleh Viki Adi Nugroho



Masih ingat dengan catatan-catatan harian Sultan Abdul Hamid II?
Akhirnya dengan adanya memoar itu, kita bisa mengetahui mana yang benar mana yang salah
#seandainyaAkuSeorangSultanAbdulHamidII

Hampir-hampir saja catatan-catatan tersebut terkendala karena diketahui oleh penjegal-penjegalnya, bahkan resiko menuliskan kebenaran ialah kematian
#seandainyaAkuSeorangSultanAbdulHamidII

Pena harus tetap berjalan dan digariskan, kebenaran harus dituliskan, diungkapkan, dan disampaikan, maka benarlah bahwa seharusnya aktivis dakwah ialah mata pena yang tajam
#seandainyaAkuSeorangSultanAbdulHamidII

Menggariskan pena bukan sekedar untuk mencitrakan saja, menggariskan pena juga bukan hal mudah, apalagi semakin kuatnya berbagai pihak yang berkonsolidasi menyerang umat ini, ini pula yang terjadi saat Sultan masih memiliki kekuasaan
#seandainyaAkuSeorangSultanAbdulHamidII

Berbagai konspirasi diciptakan, berbagai rekayasa-rekayasa sosial dibuat, penyudutan bertubi-tubi, dan menaikkan citra lawan-lawannya, semua tentu karena pena yang tajam
#seandainyaAkuSeorangSultanAbdulHamidII

Makarpun dibuat, bom, penggulingan, penuntutan, berbagai aksi, kok mirip-mirip kayak di Indonesia yah? hanya saja posisinya kebalik, mari coba kita baca pena ini kembali.. sebuah catatan Sang Sultan
#seandainyaAkuSeorangSultanAbdulHamidII

westernisasi masuk ibarat gelombang pasang yang sukar surut, merubah paradigma anak muda dan golongan terpelajar, mereka bangga dengan pengadopsian, bahkan cara hidup hingga ideologi
#seandainyaAkuSeorangSultanAbdulHamidII

sekulerisasi turut mendompleng, kesalahan anak muda melihat sejarah kemajuan Eropa dalam tatanan ini sangat fatal, tidak menempatkan pada tempatnya, umat Islam harusnya sakit melihat ini
#seandainyaAkuSeorangSultanAbdulHamidII

keruntuhan Utsmani diambang pintu terngiang-ngiang, hingga benarlah ketika pimpinan-pimpinan sudah dihegemoni oleh musuh-musuh, pembenci-pembenci, apalah daya kesalihan pemimpin ketika berjalan sendirian
#seandainyaAkuSeorangSultanAbdulHamidII

bagaimana kita merefleksikan hal ini dalam tataran dakwah kampus?

Jumat, 05 Mei 2017

Menggapai harapan, Menepis angan

Menggapai harapan, Menepis angan
(Sebuah refleksi profil Syakhsiyah Daiyah Fikriyah)
Oleh Viki Adi N

Struktur pada level komisariat merupakan pilar penyangga yang kuat. Merupakan sebuah pilar penyokong kader terbesar. Merupakan tempat ideologisasi pertama dalam penguatan-penguatan kepribadiannya. Struktur komisariat pun selalu menjadi tempat andalan untuk menurunkan berbagai macam kebijakan-kebijakan dalam kerja-kerja organisasi. Tanpa struktur komisariat, KAMMI tidaklah menjadi besar, karena inilah ujung akar-akarnya.
Proses ideologisasi KAMMI pun berjalan mematangkan diri pada level ini. Proses pembinaan yang tajarrud (bertahap) dimulai. Mulai dari proses ta’rif, takwin, hingga proses tanfidz dengan melakukan proses penjenjangan pada sistem pengkaderannya, mulai dari Anggota Biasa 1 (syakhsiyah islamiyah harokiyah), Anggota Biasa 2 (syakhsiyah daiyah fikriyah), hingga Anggota Biasa 3 (syakhsiyah qiyadah siyasiyah). Dimana profil-profil ini sebenarnya mengacu pada arkanul baiah, pada rukun amal, pada tahapan amal yang pertama, ishlahun-nafs (perbaikan diri), dimana perbaikan individu muslim ini mengacu pada 10 muwashofat dimana tujuannya ialah membentuk profil syakhsiyah islamiyah. Merunut profil inilah, kemudian KAMMI melakukan sebah proses pengkaderan untuk mewujudkan visi nya.
Pada level kkomisariat, bahkan kalau kita mengacu pada konstitusi yang ada di KAMMI, bahwa pada struktur kepengurusan komisariat bahkan dalam tatanan pendirian komisariat sebut saja, maka level anggota minimal yang akan mengisinya adalah pada AB1 dan AB2. Kita perlu mengingat bahwa AB1 adalah kader KAMMI yang sudah tersertifikasi pasca DM1 dan telah mengikuti MK1 (khos). Maka proses ideologisasi ini harus senantiasa berjalan di level komisariat jika memang ingin mempertahankan eksistensi dakwah kampus dalam tatanan gerakan mahasiswa. Bayangkan saja ketika para kader-kader KAMMI hanya berada pada level “pasca DM1”, sehingga tidak adanya peran para qoidah daiyah fikriyah (AB2)? Saya yakin kita sepakat dengan jawabnnya, “komisariat itu bubar!”. Hal ini telah banyak terjadi. Kejumudan dan kegundahan serta rasa was-was telah merasuk pada sebagian kader, meracuni para pemandu-pemandu MK, menusuk para pemangku kebijakan dalam tataran proses pembinaan, menimbulkan kontradiksi-kontradiksi dalam tataran lapangan, saling menyalahkan, menuduh, bahkan masih saja ada aktivis dakwah yang kemudian mempertanyakan “status” sebut saja AB2 dan kemudian dirinya tidak mau mengikuti alurnya karena dianggap tidak mampu menciptakan kader yang berkompeten dalam hal “kaffah”.
Inilah yang kemudian menjadi kegundahan, keresahan, bahkan menjadi banyak praduga-praduga, prasangka-prasangka, padahal serendah-rendahnya cinta, serendah-rendahnya ukhuwah islamiyah ialah ketika ia tidak memiliki prasangka-prasangka buruk, hasad, iri, dengki pada saudaranya! Apalagi bagi sesama orang yang mengaku sebagai aktivis dakwah?
Persoalannnya sebenarnya bukan pada profilnya, bukan pada statusnya, bukan pada Manhajnya, bukan pada alur pengkaderannya, namun pada “kader”nya. Hendaklah kita berbaik sangka dan bijak. Kita berpacu pada semangat idealisme tentu agar ketika belum mampu mencapai harapan - sebut saja langit ketujuh - paling tidak sampailah pada tataran bintang-bintang. Atau paling tidak adalah mencapai titik dimana lebih memilih kemudharatan yang sedikit. Maka pertanyaannya, memilih menjatuhkan komisariat atau memilih dengan egonya sendiri?
Jujur saja, ketika kita ingin berbicara ideologisasi secara terbuka, berbicara fikroh secara terbuka maka di KAMMI lah kita bisa berbicara itu! Mulai dari fikroh gerakan, fikroh yang menjadi acuan kita, fikroh yang menjadi landasan gerak kita, fikroh yang diharapkan akan lebih cepat dalam mencapai tujuan diantara yang lain, fikroh yang syumul. Kita tidak akan menemukannya bahkan dalam tataran SKI/LDK sekalipun yang dulunya merupakan cikal bakal berdirinya KAMMI ini.
Padahal kita menyadari bahwa fikroh ini adalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum menguasai ilmu alatnya. Sehingga fikroh inilah yang akan mengarahkan ilmu-ilmu tersebut ke dalam tataran kesatuan amal menuju harapan, bukan sekedar angan yang terpisah-pisah dalam geraknya, namun satu kesatuan secara beriringan dan berkesinambungan. Masihkah di lubuk kita ingin mempertanyakan penjenjangan dalam alur pengkaderan tersebut?
Bicara qoidah fikriyah (basis konsep) dalam siyasatudda’wah KAMMI, maka kita akan dibawa pada profil AB2 sebagai gaungnya, karena profil ini adalah profil syakhsiyah daiyah fikriyah. Profil yang bukan sekedar kader-kader yang semangat bergerak saja di tengah masyarakat, namun juga menjadi pemikir-pemikir dan konseptor-konseptor pada tataran ide dalam komisariatnya. Meski saya akui, bahwa pada level ini bukan berarti kader telah sempurna, namun saya akan lebih menghargai dalam prosesnya untuk menjadi yang lebih baik dan meningkatkan kesiapan, kapasitas, serta proses spirit untuk menjemput momentum-momentum yang ada di depan. Karena dikalangan kader sendiri terkadang masih ada saja yang kemudian mempertanyakan akan “status” tersebut, bahkan tidak jarang yang kemudian memiliki “status” tersebut namun tidak beramanah dalam menjalankan berbagai aktivitasnya, kontribusinya, serta kecakapan yang dimilikinya.
Inilah sebuah refleksi bagi kita semua, bukan sekedar bagi kader yang memiliki status “syakhsiyah daiyah fikriyah”, bukan sekedar kader yang tidak mau mengikuti alurnya, namun bagi kita semua! Khususnya bagi para kader KAMMI sebagai aktivis dakwah itu sendiri! Merefleksikan bahwa rapinya sturktur, bahwa dakwah yang bersifat tajarrud harus dilakukan, dan alur pengkaderan ini adalah bagian dari kita mengamalkan apa yang ada dalam prinsip tajarrud tersebut.
Sehingga kedepan tidak ada lagi “status” yang dipertanyakan. Kenapa? Karena kita ingin menciptakan profil itu menjadi profil yang menuju kesempurnaan. Lalu dimulai dari saiapa? tentu dari diri kita selaku kader KAMMI, bukan kemudian malah menghardik dan mengahsut sesama kader untuk tidak mengikuti alur ini. Semoga yang sedikit ini mampu menajdi refleksi bagi kita, sehingga kedepan yang ada hanyalah kontirbusi, kontribusi, serta kontribusi, buktikan dengan amal, buktikan dengan kerja nyata, buktikan hal itu. Tanpa menghasut, tanpa mencaci, namun beramal nyata. KAMMI menunggu kontribusi kita.
Begitulah, menggapai harapan, menepis angan!


Gaza, Sabtu, 6 Mei 2017, 9.10.

Quotes Pendidikan

Semangat hari pendidikan nasional, para calon pendidik peradaban ðŸ”°


Kamukah Sosok Kartini Masa Depan?

Kamukah Sosok Kartini Masa Depan?
(Perempuan wajib baca)

oleh Siti Futikhaturohmah 
(Divisi Perempuan dep. Kebijakan Publik KAMMI Komisariat UNY)

Bicara mengenai kartini artinya bicara tentang peremuan. R.A kartini biasa kita kenal sebagai sosok pelopor bagi kaum perempuan. Bahkan setiap tanggal 21 April seluruh kaum perempuan di Indonesia memperingati hari kelahiran pahlawan kaumnya. Namun ironinya dari kalangan kita banyak yang belum mengenal siapa itu Kartini dan gagasan apa  yang dibawa olehnya. Maka dari itu sejenak kita luangkan waktu untuk membaca sekelumit tulisan pendek ini agar kita lebih mengenal siapa itu Kartini dan gagasan apa yang dibawa olehnya. Selayaknya perempuan yang hidup di era reformasi, yang katanya perempuan cerdas, berpendidikan, sudah semestinya kita tahu landasan kita menjadikan R.A kartini sebagai pahlawan kaum perempuan yang memperjuangkan hak-hak kaumnya.

Sejarah yang digelapkan

Pernah mendengar buku berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang berisikan surat-surat R.A Kartini untuk sahabatnya di Belanda? Jika kita hendak menguak kebenaran pemilihan judul buku tersebut, maka kita bisa menilik bagaimana proses R.A. Kartini dalam perjuangannya belajar Al-Qur’an. Beliau adalah penggagas pertama Al-Qur’an diterjemahkan ke dalam Bahasa Jawa. Beliau sewaktu kecil pernah belajar Al-Qur’an namun beliau justru dimarahi saat bertanya arti dari ayat-ayat yang beliau hafal.

Dalam suratnya kepada Stella Zihandelaar bertanggal 6 November 1899, R.A. Kartini menulis;

_Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. 

Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?
Alquran terlalu suci; tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti Bahasa Arab. Di sini, orang belajar Alquran tapi tidak memahami apa yang dibaca.

Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya.

Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?_

Apakah kemudian kita berpikir bahwa Kartini memiliki pemikiran yang liberal setelah kita membaca surat beliau untuk sahabatnya? Tidak! Justru saya menarik kesimpulan bahwa Kartini adalah sosok wanita yang cerdas. Rasa keingintahuannya akan suatu ilmu memang terbukti ketika beliau menemui Kyai Sholeh Darat untuk mengajarinya memahami isi Al-Qur’an. Kartini merasa sangat takjub ketika pertama kalinya tahu makna surat Al-Fatihah dan ia merasa heran mengapa para ulama melarang Al-Qur’an untuk diterjemahkan ke dalam Bahasa Jawa padahal Al-Qur’an adalah petunjuk dan pedoman bagi kehidupan manusia, terlebih saat itu tidak ada orang yang memahami Bahasa Arab. Al-Qur’an dianggap terlalu suci untuk diketahui maknanya.

Kita tahu bahwa Kartini bukannya tidak mau belajar Al-Qur’an saat itu, namun lebih dari pada menyayangkan kesia-siaan mempelajari suatu ilmu yang ia tidak mengerti maksudnya. Ia menginginkan agar Al-Qur’an bisa lebih dimengerti oleh kaum saat itu.

“Selama ini Al-Fatihah gelap bagi saya.  Saya tak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari  ini ia menjadi terang-benderang sampai kepada makna tersiratnya,  sebab Romo Kyai telah menerangkannya dalam bahasa Jawa  yang saya pahami.”.

Sekarang kita tahu dari mana asal muasal judul buku yang ditulis oleh R.A. Kartini. hal ini terinspirasi dari salah satu surat di dalam Al-Qur’an yang telah diterjemhkan oleh Kyai Sholeh

“Orang-orang beriman dibimbing Alloh dari gelap menuju cahaya” (Q.S. al-Baqoroh: 257).

Jadi buku yang ditulis oleh R.A. Kartini semata-mata bukan hanya cerita tentang surat menyurat yang ia lakukan kepada sahabatnya di Belanda, namun lebih dari itu mengandung nilai yang sangat bermakna.

Gagasan R.A. Kartini

Menjelang hari peringatan kelahiran R.A Kartini sering kali kita menjumpai event-event lomba untuk menyemarakkan hari tersebut. Seperti kita jumpai lomba memasak, memakai kebaya, menghias tumpeng dan lain sebagainya. Namun perlu kita ketahui, sebenarnya apa sih gagasan Kartini? Apa sih ide-ide yang ingin direalisasikan untuk perempuan Indonesia di masa yang akan datang?

R.A Kartini sangat bersemangat memperjuangkan pendidikan bagi kaum perempuan, cita-citanya sebagai seorang guru dan kepeduliannya terhadap rakyat disekitarnya. Namun gagasan utamanya terkait semua itu adalah perempuan sebagai pendidik anak-anaknya.

Kartini selalu memiliki cita-ciita agar perempuan mendapatkan pendidikan layaknya laki-laki, memiliki wawasan yang luas dan mampu berkarya. Apakah semua itu dalam rangka menandingi laki-laki? Bukan! Tentu saja bukan. Akan tetapi lebih mengarah pada pentingnya perempuan memiliki wawasan yang luas karena ia adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Ia memiliki tugas yang amat mulia, yaitu mendidik calon generasi penerus bangsa. Ketika kita berbicara masalah penerus bangsa, maka kita berbicara tentang suatu peradaban. Bayangkan, seorang perempuan adalah tonggak peradaban. Bisa kita bayangkan bagaimana membangun suatu peradaban jika wanitanya buta akan ilmu, berwawasan sempit dan rendah dalam moral dan akhlak.

Salah satu tulisan kartini yang memperkuat gagasan beliau
‘Ternyata dari masa ke masa kemajuan perempuan itu merupakan faktor penting dalam usaha memajukan bangsa.Kecerdasan pikiran penduduk Bumiputra tidak akan maju secara pesat bila perempuan ketinggalan dalam usaha itu. Perempuan sebagai pendukung peradaban’

Jadi boleh saja wanita berkarir di luar rumah, akan tetapi kembali pada tugas utamanya sebagai seorang pendidik bagi anak-anaknya. Ia boleh saja berkarya di luar akan tetapi tanggung jawabnya di dalam sudah terpenuhi.

Kesimpulannya, seorang perempuan atau ibu tidaklah cukup hanya memberi makan, memberi sandang, kemudian menyekolahkan anak-anaknya, tetapi juga mendidik akhlak, menegakkan tauhid serta menanamkan budi pekerti. Kita meyakini bahwa Kartini akan sangat bahagia jika gagasannya sampai pada pemikiran kaum perempuan saat ini.

Lalu ketika kita mengadakan event-event lomba seperti di atas apakah sudah match dengan ide-ide yang digagas oleh Kartini, apakah sudah relevan dengan gagasan-gagasan yang diperjuangkan oleh Kartini, sekali lagi mari kita pikirkan.

Karena Kartini Menulis

Mungkin kalian bertanya-tanya mengapa pejuang perempuan yang mendapat hari peringatan hanya R.A. Kartini, padahal pejuang perempuan yang lain juga banyak seperti contohnya Dewi sartika. Ada lagi sosok pahlawan perempuan yang bergerilya ke hutan-hutan seperti Cut Nyak Dien tapi namanya tidak seterkenal R.A. Kartini. Why? Jawabannya karena Kartini menulis.

Buku karya R.A Kartini yang sempat kita bahas di atas merupakan suatu manuskrip peninggalan Kartini yang masih bisa kita nikmati sampai sekarang, masih bisa kita ambil manfaatnya meskipun penulisnya sudah tiada. Itu mengapa perjungan dan semangat R.A. Kartini masih bisa kita rasakan hingga saat ini.

Siapakah Pahlawan Perempuan Pertama di Dunia?

Jika kaum wanita di Indonesia mengenal pahlawan perempuannya adalah R.A. Kartini, lalu sebagai seorang muslimah adakah pahlawan pejuang perempuan yang lebih dulu dari R.A Kartini?

Asma Binti Yazid

Beliua adalah sosok perempuang yang dijuluki sebagai ‘Jubir’nya kaum perempuan saat itu. Bisa kita tengok dari kisah-kisahnya yang luar biasa. Kita bisa mempelajari betapa gigihnya ia mendatangi Rasululloh untuk menanyakan suatu hukum, bahkan yang terkait dengan urusan-urusan perempuan tanpa rasa malu. Ia berpikir bahwa mengetahui suatu hukum adalah kewajiban dan hal yang sangat urgen. Selain itu juga ada salah satu kisah menarik. ketika Baginda sedang bersama dengan beberapa orang sahabat,

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah utusan bagi seluruh wanita muslimah di belakangku, seluruhnya mengatakan sebagaimana yang aku katakan dan seluruhnya berpendapat sesuai dengan pendapatku.  Sesungguhnya Allah Taala mengutusmu bagi seluruh lelaki dan wanita, kemudian kami beriman kepadamu dan membai`atmu.  Adapun kami para wanita terkurung dan terbatas gerak langkah kami.  Kami menjadi penjaga rumah tangga kaum lelaki, dan kami adalah tempat memenuhi syahwat mereka, kamilah yang mengandung anak-anak mereka, akan tetapi kaum lelaki mendapat keutamaan melebihi kami dengan solat jumaat, menghantar jenazah dan berjihad.  Apabila mereka keluar untuk berjihad kamilah yang menjaga harta mereka, yang mendidik anak-anak mereka, maka apakah kami juga mendapat pahala sebagaimana yang mereka dapat dengan amalan mereka?”

Mendengarkan pertanyaan tersebut, Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam menoleh kepada para sahabat dan bersabda : “Pernahkah kalian mendengar pertanyaan seorang wanita tentang Deen yang lebih baik dari apa yang dia tanyakan?”.  Para sahabat menjawab,“Benar, kami belum pernah mendengarnya ya Rasulullah!.”Kemudian Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kembalilah wahai Asma` dan beritahukanlah kepada para wanita yang berada di belakangmu bahawa perlakuan baik salah seorang diantara mereka kepada suaminya, dan meminta keredhaan suaminya, mengikuti (patuh terhadap) apa yang disuruhnya (selagi tidak melanggar syara’), itu semua setimpal dengan seluruh amal yang kamu sebutkan yang dikerjakan oleh kaum lelaki”. Maka kembalilah Asma` sambil bertahlil dan bertakbir kerana gembira dengan apa disabdakan Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam.

Di situ seorang Asma berjuang untuk hak-hak kaum perempuan. Di era sekarang perempuan sangat mudah mengakses pendidikan, perempuan juga bebas menyampaikan gagasan dan pendapat, bahkan turut berkontribusi dalam mengisi ruang-ruang publik. Perempuan orasi? Why not? Selagi ia tetap berpegang teguh pada prinsip menjaga izzah, everything will be ok.

Nah guys, kita bisa belajar banyak ssekali dari pejuang tokoh perempuan terdahulu. Akan lebih bagus jika kita turut mewujudkan gagasan-gagasan cemerlang bagi kaum perempuan. Perempuan Indonesia adalah perempuan hebat, namun semua itu tidak akan ada artinya tanya kontribusi nyata di masyarakat. Perempuan Indonsia adalah sosok hebat yang akan melahirkan calon generasi penerus bangsa. Jayakan Indonesia!

Sumber : http://yestyelfuty.co.id/2017/04/kamukah-sosok-kartini-di-masa-depan.html                        

STUDI KRITIS TERHADAP SALAH SATU PRINSIP GERAKAN KAMMI, “PERBAIKAN ADALAH TRADISI PERJUANGAN KAMMI”

http://serialinspirasi.blogspot.co.id/2016/01/studi-kritis-terhadap-salah-satu.html

STUDI KRITIS
TERHADAP SALAH SATU PRINSIP GERAKAN KAMMI,
“PERBAIKAN ADALAH TRADISI PERJUANGAN KAMMI”


VIKI ADI NUGROHO

KAMMI KOMISARIAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

KAMMI DAERAH SLEMAN






KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Segala Puji bagi Alloh yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk banyak belajar. Sehingga mampu bersyukur dan menyelesaikan tulisan yang sedikit ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, dimana karena beliau lah islam kemudian menyebar, menjadikan dunia ini makmur.
Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam segenap proses penyusunan makalah yang sederhana ini. Meski tuntutan dari berbagai aktivitas lebih banyak, namun Alhamdulillah bisa terselesaikan. Semoga Alloh memberikan kebaikan atas hasil usaha ini.
Dalam menyampaikan perbaikan ini, tentu kita paham bahwa mahasiswa ini ialah anasir perubahan, dan kampus adalah salah satu medan perubahan. Maka tidak patut kalau ia disiakan berlalu begitu saja. Semoga apa yang saya tulis bisa bermanfaat.
Saya yakin masih banyak kekurangan, karena memang sumbernya juga masih sedikit dan diakumulasi dengan pengalaman yang belum genap satu tahun kepengurusan. Tentu ini belumlah lengkap. Masih banyak acuan yang bisa dijadikan rujukan. Kritik dan saran sangat ditunggu untuk perbaikan ke depan.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.



Penulis







BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah

Alloh menciptakan manusia di bumi ini pasti bukanlah hal sia-sia seperti yang telah digariskan dalam aqidah. Seperti disebutkan dengan jelas dalam nash Al-Quran bahwa tiada lain tugas manusia ialah beribadah. Arti ibadah di sini tentu sangatlah luas.
Dialog Alloh dengan malaikat telah menjadi catatan bahwa Alloh menciptakan manusia sebagai pemakmur di bumi, sebagai pemimpin di bumi, dan ini juga merupakan ibadah dalam cakupan yang lebih luas lagi. Karena sebagai pemakmur bumi, pemimpin bumi, maka sudah jelas bahwa misi manusia ialah misi peradaban. Ia membawa misi perbaikan (ishlah). Perbaikan inipun secara jelas Rasulullah telah mencontohkan bergerak dalam sebuah komunitas (jamaah), tidak cukup jika hanya dilakukan sendirian.
Sebagai organisasi yang mewadahi mahasiswa muslim, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia menawarkan salah satu prinsip dari enam prinsipnya, yaitu “Perbaikan adalah Tradisi Perjuangan KAMMI”. Tentu ini bukanlah hal yang baru. Karena memang ini adalah prinsip yang telah ditegaskan Alloh kepada hamba-Nya yang juga sudah dicontohkan kepada Rasulullah.
Dari sini lah kemudian saya ingin mencoba memberikan studi kritis terhadap prinsip ini.


B.   Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan saya analisis:
1.    Apa arti dari prinsip “perbaikan adalah tradisi perjuangan KAMMI”?
2.    Bagaimana cara KAMMI melakukan prinsip tersebut?

C.   Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini, antara lain:
1.    Mengetahui arti atau maksud dari prinsip “perbaikan adalah tradisi KAMMI”.
2.    Mengetahui bagaimana cara KAMMI melakukan prinsip ini.







BAB II
PEMBAHASAN

A.   Arti dari Prinsip “Perbaikan adalah Tradisi Perjuangan KAMMI”

Disini saya akan mengawali dengan menganalisis per makna kata yang nantinya akan disimpulkan menjadi makna secara utuh.

1.    Perbaikan
Perbaikan menurut KBBI ([Daring]badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/) antara lain: pembetulan (hasil, perbuatan, usaha), keadaan menjadi baik, dsb.
Saya garis bawahi pada membetulkan dan keadaan menjadi baik.
Sementara dalam Al-Quran makna perbaikan (ishlah) ini juga banyak sekali disebutkan dengan berbagai maknanya, mulai dari amal sholeh, hidayah, iman, saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran, hingga keutamaannya sebagai perintah Alloh seperti dalam Q.S. Hud: 88, Al-Asr: 1-3, Al-Anam: 48, Ar-Ra’du: 23-24, dan masih banyak yang lainnya. Saya garis bawahi pada saling mengingatkan.
Juga dalam Q. S Al-Anfal: 39, bahwa upaya perbaikan ini ialah supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Alloh. (Hasan Al-Banna, 2012: 36) Saya garis bawahi pada jangan ada fitnah dan agama itu semata-mata untuk Alloh.
Upaya perbaikan kehidupan harus bersandar pada syariat islam yang secara kuat berupaya memelihara lima aspek kehidupan dalam kehidupan manusia yaitu: agama, akal, jiwa, kehormatan, dan harta. (Mahfudz Sidiq, 2003: 216) Saya garis bawahi pada syariat islamdan lima aspek kehidupan.
Dalam Fiqih Dakwah pada Bab Penjelasan Umum Tentang Dakwah, maka konsep perbaikan akan tercermin dalam tujuan dakwah dengan menjadikan tujuannya ialah Alloh semata. (Musthafa Masyhur, 2013: 5) Saya garis bawahi pada tujuannya ialah Alloh semata.
Begitu pula Sayyid Quthb dalam buku Petunjuk Jalan nya dalam konsep Laa ilaa ha ilallaah, maka jalan ini memang jalan yang harus diawali dengan pemurnian dan penghambaan hanya kepada Alloh untuk mendapatkan tujuan. (Sayyid Quthb, 2013: 166) Saya garis bawahi pada pemurnian dan penghambaan.
Dalam Risalah Pergerakan Hasan Al-Banna bab Kepada Apa Kami Menyeru Manusia (7) pada sub bab jalan tersebut sudah jelas, dijelaskan bahwa perbaikan ini pada dasarnya ialah amar ma’ruf nahi munkar. (Hasan Al-Banna, 2012: 58) Saya garis bawahi pada amar ma’ruf nahi munkar.
Dalam strategi Perubahan KAMMI – secara konsep sama dengan risalah pergerakan Hasan Al-Banna – secara garis besar upaya perbaikan ini ada tahapannya, yaitu: mewujudkan pribadi muslim yang diridhoi Alloh, mewujudkan rumah tangga dan keluarga islami, mewujudkan masyarakat dan lingkungan islami, mewujudkan negara yang diridhoi Alloh, dan mewujudkan peradaban dunia yang diridhoi Alloh. (Amin Sudarsono, 2010: 89) Saya garis bawahi padatingkatan/ tahapan amal.
Dalam Risalah Muktamar Kelima dalam sub bab Fikrah ikhwanul muslimin menghimpun seluruh makna ishlah (perbaikan) dijelaskan bahwa fikrah Islam adalah fikrah yang melingkupi seluruh aspek ishlah al ‘ummah (perbaikan masyarakat) dan didalamnya setiap unsur dari berbagai pemikiran dalam rangka perbaikan.  (Hasan Al-Banna, 2012: 538) Saya garis bawahi pada perbaikan seluruh aspek perbaikan masyarakat.
Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat saya simpulkan bahwa yang dimaksud perbaikan di sini ialah upaya mengubah atau membetulkan kehidupan masyarakat dengan cara ber amar ma’ruf nahi munkar pada seluruh aspek – politik, sosial, budaya, pendidikan, dsb – dengan segala tahapan/ tingkatan amal dengan tujuan semata-mata untuk Alloh.
2.    Tradisi
Dalam KBBI ([Daring] badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/), tradisi diartikan dengan makna: (1) adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan di masyarakat. (2) Penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar.
Saya yakin dalam hal ini tidak ada perdebatan mengenai pengertian tradisi, yang jelas poin di sini ialah “kebiasaan”, dan “penilaian bahwa cara-cara yang telah ada adalah benar”.
3.    Perjuangan
Perjuangan dalam KBBI ([Daring]badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/) ialah: (1) perkelahian (merebut sesuatu, peperangan), (2) usaha yang penuh  dengan kesukaran dan bahaya, (3) salah satu wujud interaksi sosial, termasuk persaingan, pelanggaran, dan konflik. Saya garis bawahi usaha penuh kesukaran dan bahaya dan wujud interaksi sosial.
Di dalam Al-Quran bisa dilihat dalam Q. S Al-Hujurat: 15, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” Berjuang di sini lebih diartikan dengan istilah beramal dan jihad (kesungguhan). Jihad memiliki banyak dimensi seperti jihad melawan hawa nafsu, jihad berperang, dan sebagainya. Saya garis bawahi berjuang disini identik dengan beramal dan berjihad.
Juga dalam Q. S. Al-Ankabut: 1-3, sudah jelas bahwa Alloh akan menguji manusia sehingga akan terlihat mana mana yang bersungguh-sungguh, mana yang berdusta. Konsep perjuangan di sini bisa kita lihat bahwa perjuangan yang dimaksud ialah “kesungguhan” dalam hal “berdakwah” karena ujian yang datang pasti butuh yang namanya “saling mengingatkan”. Sehingga Perjuangan dalam jalan dakwah tidaklah mudah, tidaklah halus, tidaklah selalu cepat. (Musthafa Masyhur, 2013: 6). Saya garis bawahi tabiat jalan perjuangan “dakwah”.
Perjuangan dalam “berdakwah” memiliki tiga aspek amal, yaitu hati, lisan, dan tangan. Sehingga perjuangan melalui ketiga aspek amal ini harus disesuaikan dengan situasi kondisi, khususnya yang berkaitan dengan tangan (kekuatan) karena ini akan berkaitan dengan cara yang dilakukan dalam berdakwah, tidaklah mungkin menebar nilai kebaikan jika dilakukan dengan keburukan. (Muhith Muhammad Ishaq, 2012: 69) Saya garis bawahi situasi kondisi dan cara yang dilakukan.
Sehingga saya simpulkan bahwa perjuangan adalah usaha atau amal yang dilakukan dengan sungguh-sungguh – karena tabiat jalan dakwah yang tidak mudah - dengan meniatkannya untuk berjihad di jalan Alloh (dakwah) sesuai dengan situasi kondisi dan dilakukan dengan cara yang baik dan sesuai syariat.

Setelah mengetahui arti dari beberapa kata di atas, saya akan kembali pada pembahasan awal, apa arti dari prinsip “perbaikan adalah tradisi perjuangan KAMMI”. Bahwa KAMMI memiliki tujuan perbaikan. KAMMI berupaya mengubah atau membetulkan kehidupan masyarakat dengan cara ber amar ma’ruf nahi munkar pada seluruh aspek – politik, sosial, budaya, pendidikan, dsb – dengan segala tahapan/ tingkatan amal dengan tujuan semata-mata untuk Alloh. KAMMI menjadikan tujuan perbaikan ini sebagai hal yang mendasar, sebagai suatu prinsip yang sebenarnya bukan prinsip baru, namun sudah tertera dalam nash Al-Quran dan dicontohkan oleh Rosulullah. Sehingga tersebut lah sebagai kata “tradisi”.
Tentu dalam upaya menuju perbaikan ini memiliki berbagai tahapan seperti perbaikan diri sendiri, keluarga, masyarakat, pemerintahan, negara, dan dunia. Juga tahapan dakwah mulai dari pengenalan, pembentukan dan amal nyata.
KAMMI sebagai penyeru kebaikan, maka cara yang dilakukan pun adalah cara-cara yang baik dan sesuai aturan/ syariat, cara-cara yang sesuai dengan situasi kondisi. Karena islam adalah rahmat untuk seluruh alam.

B.   Cara KAMMI melaksanakan Prinsip Perbaikan sebagai Tradisi Perjuangan

Sebelum melihat cara pelaksanaan prinsip ini, maka alangkah baiknya jika kita melihat apa visi misi Gerakan KAMMI. Adapun visinya ialah wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin masa depan yang tangguh dalam upaya mewujudkan masyarakat islami di Indonesia. Perlu digaris bawahi pada “kepemimpinan” dan “masyarakat islami (madani)”. (Mahfudz Sidiq, 2003: 206)
Sedangkan misi nya, yaitu: (1) menjadi pelopor, perekat, dan pemercepat proses perubahan, (2) memberikan pelayanan sosial, (3) memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. (Mahfudz Sidiq, 2003: 211)
Visi misi di atas ialah visi misi awal terbentuknya KAMMI, meski hingga kini sudah terjadi penyempurnaan. Namun intinya sama hanya diperjelas bagian perinciannya.
Kenapa kita harus melihat visi KAMMI lalu setelah itu melihat prinsip KAMMI? Apa hubungannya? Dalam GBHO yang dibentuk pada saat Muktamar VII (Aceh). Visi KAMMI ialah tujuan yang hendak dicapai atau kondisi yang ingin diwujudkan oleh KAMMI. Sedangkan prinsip gerakan KAMMI adalah nilai-nilai dasar gerakan yang menjiwai pergerakan KAMMI sebagai suatu amal jama’i. Prinsip gerakan adalah ciri khas pergerakan KAMMI yang secara unik membedakannya dengan gerakan lain. Prinsip ini merupakan tradisi yang menjadi tetapan (tsawabit) gerakan dan menjadi tolak ukur konsistensi (asholah) gerakan KAMMI.
Kita bisa menyimpulkan hubungan visi dan prinsip. Bahwa untuk mencapai visi tersebut, maka KAMMI harus berpegang pada prinsip-prinsipnya. Sehingga dalam mencapai tujuan digunakanlah cara-cara yang baik.
Di sini saya tidak akan membahas contoh apa saja yang sudah dilakukan KAMMI dalam usaha melakukan perbaikan, namun saya lebih menyoroti pada konsep caranya, antara lain:
1.  Dalam hal “kepemimpinan”, sesuai dengan visinya untuk mencetak kader-kader yang memiliki karakter kepemimpinan muslim untuk masa depan, kita bisa merujuk pada bidang/departemen serta agenda-agenda yang dilakukan KAMMI. Selain Ketua, Sekjen dan perangkatnya, bendahara, ada bidang Kajian Strategis/ Kajian Publik, ada kaderisasi, ada Sosial/ Pemberdayaan Masyarakat, Pembinaan Wilayah, serta Dana dan Usaha.
Sesuai pembahasan “perbaikan”, salah satunya dengan mencetak pemimpin muslim masa depan yaitu dengan adanya sistem/alur kaderisasi salah satunya Dauroh Marhalah dan sertifikasinya. Dalam hal ini KAMMI juga sangat memperhatikan bab pembinaan dan keilmuan, mulai dari kelompok MK (madrasah KAMMI – semacam liqo), kajian fikroh dan manhaj, diskusi, baca buku, dan sebagainya. Sehingga kesadaran/ nalar politik islam kader ini akan tergugah sehingga dengan kesadarannya bisa menempati pos-pos penting dalam lembaga kampus (konteks mahasiswa), baik lembaga dakwah, maupun lembaga umumnya, seperti DPM, BEM, HIMA, UKM, dsb. Dalam hal ini kedudukan bukan tujuan, namun hanya sarana. Efek samping menduduki pos penting ini juga akan menjadi daya tarik kaderisasi karena ketokohannya. Karena pemimpin “masa depan”, maka harapannya kader yang di kampus sudah belajar, setelah keluar mampu menjadi pemimpin pembaharu di masyarakat.
Seperti kita tahu mengapa awal terbentuknya KAMMI, ternyata sudah mampu mengumpulkan massa dengan jumlah banyak saat rapat akbar di masjid Al-Azhar hingga 20ribu orang, salah satunya karena sudah tersebarnya kader dakwah di berbagai bidang, sehingga untuk mengumpulkan massa dan memberi pengaruh lebih mudah karena ia punya karakter kepemimpinan yang bagus.
Selain dari situ, kepemimpinan juga bisa dibentuk dengan daya kritis mahasiswa mengkaji kebijakan dan berbagai masalah yang terjadi di sekitarnya lalu mengambil sikap apa yang akan dilakukan. Seperti saat suksesi kepemimpinan dan penggulingan Soeharto hingga mengawal proses pemerintahan transisi.
Sehingga harapannya karakter “kepemimpinan muslim masa depan” ini mampu menjadi agen pelopor, perekat, dan pemercepat proses perubahan ke arah perbaikan.
2.  Dalam masyarakat, sesuai visinya membawa perbaikan ke arah “masyarakat madani” yaitu masyarakat yang jauh dari otoriterianisme (demokratis), dipenuhi dengan nilai-nilai keadilan, persamaan, kebebasan, dan kemerdekaan. (Mahfudz Sidiq, 2003: 210).
Namun masyarakat madani tidak akan terwujud jika pemerintahannya juga tidak bisa madani, sehingga mengapa “kepemimpinan muslim masa depan” sangat penting dalam KAMMI sebagai agen perubahan.
Adapun untuk mencapai visi ini, telah tertuang dalam misinya yaitu pelayanan sosial dan pendidikan politik pada masayarakat. Dalam pelayanan sosial, maka ada bidang khusus menangani ini yaitu bidang sosial/ pemberdayaan masyarakat yang memiliki kegiatan berbasis amal sosial. Bahkan untuk menangani krisis atau semacam musibah pernah dibuat lembaga semi otonom seperti SSC (Social Service Center) yang mengurusi aksi sosial. Sedangkan dalam pendidikan politik kepada masyarakat sebenarnya sederhana, yaitu dengan merespon isu-isu, masalah-masalah, kebijakan-kebijakan di sekitar yang kemudian diboomingkan melalui aksi, dan itu sebenarnya ialah bagian dari pencerdasan politik bagi masyarakat.







BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa diambil, yaitu:

1.    Perbaikan adalah tradisi KAMMI merupakan Prinsip yang dibawa KAMMI adalah perbaikan dalam segala aspek kehidupan di masyarakat dan penyebarannya pun dengan cara-cara yang baik.
2.    Cara-cara atau peran perbaikan ini, KAMMI mengaplikasikannya dengan membuat bidang yang spesifikasi pada hal tertentu, membuat perangkat kaderisasi dan pembinaan serta jenjang nya, menyadarkan kader-kadernya akan pentingnya masuk ke berbagai aspek atau pos penting sehingga bisa berkontribusi memberikan perbaikan.

B.   Saran

1.    Makalah ini sangatlah sedikit referensi dan masih banyak pendapat subyektif berdasarkan pengalaman yang masih sedikit, sehingga masih banyak kekurangan. Pembaca bisa menelaah di berbagai sumber lain.
2.    KAMMI sebagai gerakan perbaikan yang menyeru tentu butuh pembinaan, maka gencarkan lagi bab pembinaan ini.








DAFTAR PUSTAKA

Al-Banna, Hasan. 2012. RISALAH PERGERAKAN HASAN AL-BANNA Jilid 1. Surakarta: Era Adicitra Intermedia.
Ishaq, Muhith Muhammad. 2012. FIQH POLITIK Hasan Al-Bana. Jakarta: Robbani Press.
Masyhur, Musthafa. 2013. Fiqih Dakwah Jilid 1. Surakarta: Era Adicitra Intermedia.
Quthb, Sayyid. 2013. MA’ALIM FI ATH-THARIQ Petunjuk Jalan yanag Menggetarkan Iman. Yogyakarta: Darul Uswah.
Sidiq, Mahfudz. 2003. KAMMI DAN OERGULATAN REFORMASI (Kiprah Politik Aktivis Dakwah Kampus dalam Perjuangan Demokratisasi di Tengah Gelombang Kritis Nasional Multidimensi). Solo: Era Intermedia.
Sudarsono. Amin. 2010. IJTIHAD MEMBANGUN BASIS GERAKAN. Jakarta: Muda Cendekia Press.

badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/ , 19 Oktober 2015, Pukul 21.56 WIB.

© Blog Komisariat KAMMI UNY
Maira Gall