Sumber Gambar:google
Jepang mendarat di pulau Jawa pada tanggal 1 Maret
1942. Tujuh hari kemudian
pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang berdasarkan Perjanjian Kalijati dan
Indonesia secara resmi diduduki oleh Jepang. Dijatuhkannya bom atom
di Hiroshima
dan Nagasaki
memaksa Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Momentum inilah yang
kemudian dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia untuk memproklamirkan kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Belenggu penjajahan terhadap bangsa ini ternyata belum kunjung selesai
juga walaupun proklamasi telah diproklamirkan. Tentara Inggris membawa misi
mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri
jajahan Hindia Belanda. Bersamaan dengan hal tersebut
rakyat Indonesia bergejolak dan memunculkan gerakan perlawanan rakyat Indonesia
di berbagai daerah. Mayor Jenderal Robert Mansergh mengeluarkan ultimatum yang
menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus
melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan
diri dengan mengangkat tangan di atas pada 10 November 1945. Hal ini merupakan
sebuah penghinaan terhadap para pejuang rakyat. Republik Indonesia saat itu
sudah berdiri, dan TKR juga sudah dibentuk sebagi pasukan negara.
Pagi itu, tanggal 10 November, serangan besar benar-benar dilakukan
oleh tentara Inggris di kota Surabaya dengan meriam dari laut dan darat. Perlawanan pasukan
Indonesia kemudian berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari
penduduk. Ribuan penduduk sipil tak bersalah menjadi korban kekejaman tentara Inggris.
Blauran, Surabaya 3 Oktober 1920
itulah tanggal kelahiran seorang patriot bangsa yang rela berjuang dengan rakyatya untuk mempertahankan
kemerdekaan Republik ini. Sutomo, itulah nama asli patriot bangsa yang kita
kenal akrab dengan panggilan Bung Tomo. Bung Tomo adalah seorang yang terlahir
dalam kondisi masyarakat dan lingkungan keluarga yang mengalami depresi ekonomi
pada tahun 1930-an. Sehingga Bung Tomo dan keluarganya harus berjuang hidup
dibawah tekanan. Bung Tomo sendiri ikut bekerja membantu orangtuanya. Jiwa
patriot Bung Tomo sudah mulai terasah sejak ia bergabung dalam KBI (Kepanduan
Bangsa Indonesia). Perolehan Lencana Elang merupakan prestasi terbaik Bung Tomo
dalam KBI. Prestasi ini pula yang membuat Bung Tomo menjadi terkenal di
kampungnya. Selain itu ternyata seorang Bung Tomo juga memiliki kemampuan dalam
hal tulis-menulis yang pada akhirnya mengantarkan beliau menjadi wartawan
Domei. PRI (Pemuda Republik Indonesia) yang tertarik dengan sosok seorang Bung
Tomo yang memiliki banyak talentapun terkesima dan merekrut beliau kemudian
menempatkannya dalam seksi penerangan.
Kekuatan
iman seorang Muslimlah yang melahirkan jiwa
patriot yang melekat pada diri Bung Tomo. Bagi Bung Tomo sebuah perjuangan
dengan niat ikhlas membela kemerdekaan atas nama Allah sangat diyakininya tidak akan mendatangkan
kerugian sedikitpun. Bung tomo yang melihat pemerintah pada waktu itu dianggap
terlalu lambat dalam menghadapi pergerakan belanda dan sekutu akhirnya
mendirikan BPRI (Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia). Sejak tanggal 12
Oktober 1945 ia menjadi pucuk pimpinan di BPRI.
Pada pertempuran 10 November, Bung Tomo
adalah salah satu pemimpin revolusioner Indonesia yang paling dihormati. Pihak
Inggris pun kewalahan mengahdapi perjuangn rakyat Surabaya yang dipimpin oleh Bung
Tomo. Peran Bung Tomo
di masyarakat untuk terus menggerakkan semangat perlawanan pemuda-pemuda
Surabaya sangatlah besar.
Tokoh-tokoh agama pendukung perjuangan yang terdiri dari kalangan ulama serta kyai-kyai pondok
Jawa seperti KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab
Hasbullah serta kyai-kyai pesantren
lainnya juga mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai perlawanan
(pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka
lebih patuh dan taat kepada para kyai). Kalimat Allahu Akbar serta semboyan merdeka atau mati syahid menjadi
semboyan yang sangat akrab pada perjuangan kala itu. Radio Perlawanan juga
mengambil peran yang penting dalam prosesi perjuangan. Salah satu media
informasi yang menampilkan semangat dan bergelora perjuangan yang kental. Hanya
ada dua orang besar yang mampu mengobarkan semangat perlawanan melalui
pidato-pidato yang disampaikan, Bung Tomo dan Soekarno. Selain itu Bung tomo
pada rentan waktu tahun 1945-1949 juga membentuk pasukan berani mati. Yakni
pasukan bom syahid yang siap mengorbankan jiwanya untuk menghancurkan pasukan
belanda dan sekutu.
Bung Tomo adalah seorang pejuang
yang berjuang bersama para buruh, petani, tukang becak dan rakyat jelata tetap
menjadi pribadi yang bersahaja dan tak mau menerima fasilitas dari pemerintah
dalam bentuk apapun setelah revolusi kemerdekaan usai. Pejuang yang tetap
memikirkan rakyatnya, memikirkan bangsanya, semuanya ia lakukan demi sebuah
keyakinan bahwa Surga akan menanti dihadapannya.
Bung Tomo yang lahir sebagai patriot bangsa yang
beriman baja menutup usianya ditempat yang suci dan pada hari yang dimuliakan
Allah. Pada 16 Oktober 1981, setelah beliau melakukan wukuf di Arafah dalam
rangkaian ibadah Hajinya, Bung Tomo menutup usianya. [Kahar]
Tidak ada komentar
Posting Komentar